TaliwangNews – Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai bakal calon presiden (bacapres) Ganjar Pranowo tengah berupaya mengubah citra negatif sebagai ‘petugas partai’ yang melekat pada dirinya. Lewat pernyataan-pernyataan tegas di depan publik, Ganjar tengah tampil sebagai sosok yang independen dan tak mudah disetir.
“Saya kira memang Ganjar harus menunjukkan independen karena memang salah satu yang menjadi hambatan dan kendala Ganjar Pranowo adalah narasi petugas partai dan Ganjar di bawah kendali partai,” kata Karyono saat dihubungi, Rabu (20/9).
Dalam acara bertajuk “3 Bacapres Bicara Gagasan” yang digelar Mata Najwa di Graha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Senin (18/9), Ganjar kembali ditanya audiens soal isu presiden boneka yang kerap dialamatkan kepada dirinya. Kepada khalayak, ia menegaskan seorang presiden berbeda dengan kader partai.
“Presiden adalah presiden. Dia menjalankan amanat penuh dari konstitusi yang ada titik tidak ada komanya… Dia punya independensi penuh,” ujar politikus PDI-Perjuangan itu.
Bukan kali ini saja Ganjar Pranowo dicecar mengenai isu presiden boneka. Saat mengisi kuliah kebangsaan yang digelar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), Senin (18/9), Ganjar juga mendapat pertanyaan serupa dari seorang mahasiswa UI.
Ketika itu, Ganjar menjawab ia tak bisa lepas dari dinamika di internal parpol. Ia menyebut rekam jejaknya di Jawa Tengah bisa menjadi gambaran betapa dirinya bekerja sesuai kehendak rakyat. “Saya kader partai, tapi presiden bukan, gubernur bukan. Itulah melayani,” ujarnya.
Khusus di acara Mata Najwa, Ganjar sempat dicecar Najwa Shihab soal isu pembubaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang sempat dilontarkan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Terkait itu, Ganjar menyatakan KPK justru butuh penguatan.
“Saya jawab ketiga kalinya. Satu, (KPK) dikuatkan. Dua, perlu revisi regulasi. Revisi regulasi membutuhkan satu treatment sendiri, political interplay,” kata Ganjar.
Karyono mengapresiasi pernyataan tegas Ganjar yang seolah berseberangan dengan Megawati. Menurut dia, pernyataan itu juga bisa menggerus citra negatif dia sebagai capres yang hanya mendapat penugasan dari partai.
“Jawaban Ganjar yang berlawanan dengan Megawati cukup bagus dan elegan untuk meluruskan pemahaman terkait dengan petugas partai. Apa yang disampaikan Ganjar itu sudah tepat. Memang di satu sisi, Ganjar juga mengakui bahwa dirinya memang petugas partai. Namun dia mengatakan juga dalam demokrasi itu tidak bisa mengabaikan partai politik,” tutur Karyono.
Secara umum, Karyono menilai performa Ganjar dalam debat bacapres di UGM sudah cukup bagus. Saat menyampaikan gagasan-gagasan untuk membangun Indonesia di masa depan, Ganjar terlihat lugas, terstruktur, dan sistematis.
“Dia lebih lepas, tanpa beban. Selain itu, Ganjar tidak hanya menyampaikannya secara kualitatif, tapi juga kuantitatif. Itu menandakan Ganjar lebih menguasai masalah. Hanya saja, masih minim wawasan global. Oleh karena itu, Ganjar, perlu mengelaborasi isu global untuk menjawab berbagai tantangan,” ucap Karyono.
Sebagaimana bacapres lainnya, Ganjar diberikan waktu selama 90 menit untuk menyampakan gagasannya dan menjawab pertanyaan publik di acara tersebut. Di pengujung sesi tanya jawab, Ganjar menyampaikan refleksinya di depan sebuah cermin.
“Kalau soal jabatan Njar, jangan pernah kamu kejar. Kalau memang itu takdirmu, laksanakan dengan baik. Jangan pernah korupsi,” ujar Ganjar menirukan pesan kedua orang tuanya.(*)